• Yang telah diketahui kebenaran dan kesahihannya oleh Syara’ dari perkara-perkara yang baik. Maka inilah yang dimaksud dengan sabda Nabi SAW diatas.
  • Yang telah diketahui kebatilan dan kedustaannya oleh Syara’. Maka tidak boleh kita ceritakan, kecuali untuk menjelaskan kebatilan dan dustanya.
  • Yang tidak atau belum diketahui benar dan dustanya. Maka tidak boleh kita imani atau dustai, dan menceritakannya-pun tidak ada faedah sama sekali. .

    Artinya :
    Dari Ali bin Abi Thalib, ia berkata. telah bersabda Rasulullah SAW. “Janganlah kamu berdusta atas ku.! Karena, sesungguhnya barangsiapa yang berdusta atasku, maka hendaklah ia memasuki neraka”.
    Hadist shahih, riwayat Bukhari , Muslim , Tirmidzi , Ibnu Majah dan Ahmad.

    Artinya :
    Dari Mughirah radliyallahu ‘anhu, ia berkata, Aku telah mendengar Nabi SAW bersabda :
    “Sesungguhnya berdusta atasku tidaklah sama berdusta kepada orang lain , maka barangsiapa yang berdusta atas ku dengan sengaja, hendaklah ia mengambil tempat tinggalnya di neraka”.
    Hadist shahih riwayat Bukhari , Muslim dan Ahmad .

    Artinya :
    Dari Watsilah bin Asqa’, ia berkata. telah bersabda Rasulullah SAW. “Sesungguhnya dari sebesar-besar dusta adalah, seorang menda’wahkan/mengaku kepada yang bukan bapaknya , atau telah diperlihatkan kepada matanya apa yang matanya tidak pernah melihat .

    Dalam riwayat yang lain di jelaskan, atau , telah diperlihatkan kepada kedua matanya dalam tidur mimpi} apa yang tidak dilihat oleh kedua matanya , atau ia mengatakan atas Rasulullah SAW apa yang beliau tidak pernah sabdakan”.
    Hadits shahih, riwayat Bukhari dan Ahmad dan riwayat yang kedua, dari jalannya.

    Artinya :
    Dari Abi Bakar bin Salim dari bapaknya dari kakeknya , ia berkata. Sesungguhnya Rasulullah SAW telah bersabda. “Sesungguhnya orang yang berdusta atas ku akan dibangunkan untuknya satu rumah di neraka”.
    Hadist shahih, dikeluarkan oleh Imam Ahmad bin Hambal di musnadnya dan sanadnya shahih atas syarat Bukahri dan Muslim.

    TAKHRIJUL HADITS

    Hadits “man kadzaba a’laiya” dan yang semakna dengannya tentang ancaman berdusta atas Rasullah SAW, derajadnya MUTAWATIR. Telah diriwayatkan oleh berpuluh-puluh sahabat, sehingga dikatakan sampai dua ratus orang sahabat
    meriwayatkannya. Dan tidak satupun hadits mutawatir yang derajadnya lebih tinggi dari hadits “man kadzaba a’laiya”.
    An-Nawawi, Fathul Bari Ibnu Hajar. Tuhfatul Ahwadziy syarah tirmidzi .

    Saya berpandangan : Bahwa banyaknya sahabat yang meriwayatkan hadits di atas memberikan beberapa faedah yang menunjukan :

  • Nabi SAW sering menyampaikan dan mengulang-ulang sabdanya tersebut.
  • Perhatian yang besar para sahabat dalam memelihara, dan menjaga betul-betul sabda Nabi SAW dan segala sesuatu yang disandarkan orang kepada beliau SAW. Sehingga mereka saling berpesan dan berwasiat dan meriwayatkannya sesama mereka. Kemudian mereka menyampaikannya kepada Tabi’in dan Tabi’in menyampaikannya kepada Atba’ut Tabi’in dan seterusnya tercatat dan terpelihara dengan baik dan rapi di dewan-dewan Imam-imam Sunnah. Sehingga sepanjang pemeriksaan saya -hampir-hampir- tidak ada satupun Imam dari Imam-imam ahli hadits melainkan meriwayatkannya di kitab-kitab hadits mereka. Dari Amirul Mu’minin fil hadits Al-Imam Bukhari sampai Imam Ibnul Jauzi radiiyallahu ‘anhum wa jazaahumullahu ‘anil Islam khairan.
  • Ketinggian derajadnya dalam kesahihan dan kemutawatirannya dan mencapai tingkat teratas dalam martabat hadits-hadits mutawatir.
  • Kebesaran maknanya yang meliputi beberapa faedah dan sejumlah qaidah dan menutup pintu kerusakan-kerusakan yang besar dalam Agama ini, disebabkan berdusta atas nama Nabi SAW.

    LUGHOTUL HADITS

    Sabda Nabi Saw : ….palyatabawaa… = hendaklah ia mengambil

    Artinya :
    Maka hendaklah ia mengambil untuk dirinya satu tempat tinggal . Dikatakan : Seorang mengambil tempat, apabila ia mengambilnya sebagai tempat tinggalnya . Maka sabda Nabi SAW. “Hendaklah ia mengambil tempat tinggalnya di neraka”. bentuk perintah yang maknanya kabar, atau bermakna mengancam, atau maknanya mengejek dan marah, atau mendo’akan pelakunya yakni semoga Allah menempatkannya di neraka”.
    .

    Saya berpandangan : Bahwa tempat tinggal yang dimaksud telah dijelaskan di hadits nomor 10, yaitu Allah SWT telah disediakan untuknya satu rumah di neraka. Wallahu ‘Alam.

    SYARAH HADITS

    Menurut Imam Nawawi hadits ini meliputi beberapa faedah dan sejumlah qawaa’id, diantaranya :

  • Ketetapan tentang qa’idah dusta bagi Ahlus Sunnah. .
  • Sangat besar pengharaman dusta atas nama beliau SAW, dan merupakan kekejian dan kebinasaan yang sangat besar.
  • Tidak ada perbedaan tentang haramnya berdusta atas nama Nabi SAW baik dalam masalah-masalah ahkam atau bukan, seperti ; tarhib dan nasehat-nasehat dan lain-lain. Maka semuanya itu adalah haram dan sebesar besar dosa besar dan seburuk-buruk perbuatan menurut ijma’ kaum muslimin.
  • Haram meriwayatkan hadits maudlu’/palsu atas orang yang telah mengetahui kemaudlu’annya atau berat sangkaan bahwa hadits tersebut maudlu’. Maka barangsiapa yang meriwayatkan satu hadits yang ia ketahui atau berat sangkaannya bahwa hadits itu palsu dan ia tidak menjelaskan kepalsuannya, maka ia termasuk kedalam ancaman hadist di atas dan tergolong orang-orang yang berdusta atas nama Rasulullah SAW.

    Diringkas dari syarah Muslim 1/69-71 dan baca juga Al-Fath 1/210-214 & 7/310.

    Halaman satu dari dua tulisan

    Sumber Ancaman Berdusta : http://assunnah.or.id